Kontribusi Ekonomi Sektor Wisata Bahari Baru Mencapai 4%
Wisata Bahari di Indonesia merupakan salah satu dari 11 klaster kemaritiman dan kebutuhan sumber daya maritim (SDM) yang kompeten. Untuk mewujudkan SDM yang kompeten tersebut, maka harus ditempuh melalui pendidikan, pelatihan, dan memiliki sertifikasi kompetensi.
Hal itu dikatakan Kepala Bagian Program Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman dan Investasi Achmad Murman, ST, MT, MSc ketika menyampaikan paparan pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL), di Kantor PPAL, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (19/11/2019).
FGD yang dibuka oleh Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, SE, MAP mengambil tema “Mewujudkan SDM Unggul di Bidang Maritim untuk Mendukung Terwujudnya Negara Maritim Indonesia yang Maju, Mandiri, dan Kuat”. Tema tersebut searah dengan pidato Ir H Jokowi pada Sidang Paripurna MPR RI dalam rangka Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Periode 2019-2024 yang memiliki poin penting tentang pembangunan SDM.
Pada paparan yang bertopik “Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Bidang Maritim”, Achmad Murman juga mengemukakan kontribusi ekonomi sektor kemaritiman dengan potensi kontribusi ekonomi kemaritiman sebesar US$1,33 triliun/tahun masih belum optimal. Khusus untuk wisata bahari kontribusinya baru sekitar 4%.
Kegiatan FGD ini dilaksanakan dalam rangka mendorong penguatan kualitas SDM Indonesia di bidang maritim. FGD yang dihadiri Dewan Pakar dan Pengurus PPAL menghadirkan pembicara-pembicara yang pakar di bidangnya, baik dari TNI AL, Bakamla, kalangan akademisi, pelaku usaha pelayaran, maupun dari kementerian terkait.
“Setelah masif membangun infrastruktur 5 tahun terakhir, kini prioritas pemerintah dalam pembangunan Indonesia 5 tahun ke depan adalah pembangunan sumber daya manusia Indonesia,” kata Ketua Umum PPAL saat membuka diskusi.
“Indonesia sebagai negara maritim tentunya harus memiliki SDM yang cukup dan andal untuk mengelola laut Indonesia yang sangat luas. Akan tetapi masih banyak tantangan dan ketimpangan terkait SDM tersebut, contoh dari data yang ada hanya 1% penduduk Indonesia yang berhubungan langsung dengan laut, padahal luas perairan mendominasi wilayah Indonesia,” katanya.
Menghasilkan Rumusan
Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi menambahkan, TNI AL sudah membangun SDM mulai dari sekolah-sekolah ataupun lembaga pendidikan di bawah yayasan yang dinaungi oleh TNI AL. Nantinya bekerja sama dengan kementerian terkait, TNI AL akan membangun sekolah-sekolah unggulan khusus maritim di sejumlah wilayah Indonesia.
“Melalui FGD ini pula nantinya akan menghasilkan rumusan-rumusan sebagai sumbangan pemikiran dari PPAL sebagai ‘Rumah Gagasan’ yang nantinya akan diserahkan kepada pemerintah dan Mabes TNI AL,” tambahnya.
“PPAL turut menjaga marwah TNI Angkatan Laut sesuai mottonya Jalesveva Jayamahe, yang artinya justru di laut kita jaya. Yang mana ini disampaikan oleh Pak Presiden dalam pidato pelantikannya yang artinya agak sedikit berbeda, tapi arahnya sama,” ungkap Ade Supandi.
Dia menyebutkan dengan jumlah seperti itu maka pencapaian negara maritim masih terbilang sulit. Sehingga ke depan, ia berharap jumlahnya terus meningkat diiringi dengan kualitasnya.
“Untuk mencapai negara maritim kita butuh usaha yang luar biasa. Namun kita juga tidak bisa menafikan berdasarkan Pasal 25A UUD 1945 bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang artinya adalah negara maritim. Karena secara fisik, negara maritim adalah negara yang dikelilingi lautan. Tapi apakah kita sebagai bangsa maritim? Ini butuh perjuangan,” imbuhnya.
Selain Achmad Murman, FGD dengan moderator Laksda TNI (Purn) Dr Surya Wiranto, SH, MH juga menghadirkan Ketua Umum DPP INSA (Indonesian National Shipowners Association) Carmelita Hartoto dan Guru Besar IPB University Prof Indra Jaya, PhD sebagai pembicara.
Carmelita Hartoto dalam paparan dengan topik “Tantangan dan Peluang SDM Pelayaran” menyebutkan jumlah SDM Pelaut di Indonesia sebanyak 1.122.888 orang terdiri dari 1.104.838 pelaut pria dan sisanya pelaut perempuan. Sedangkan jumlah armada kapal nasional tahun 2018 sebanyak 25.559 unit yang tahun 2005 sebanyak 6.041 unit.
SDM Relatif Rendah
Dia menyebutkan tantangan SDM pelayaran dalam Revolusi Industri 4.0 dan perkembangan teknologi akan mendisrupsi seluruh lini bisnis, termasuk dalam kebutuhan tenaga kerja yang mengarah pada SDM berkompeten dalam menjawab tantangan perubahan dan kebutuhan di masa depan. “Industri pelayaran akan cenderung membutuhkan SDM terampil menengah dan tinggi, sedangkan pekerjaan yang sifatnya dapat tergantikan oleh sistem otomasi tidak lagi dibutuhkan,” ucapnya.
Namun demikian, Carmelita mengungkapkan kelemahan SDM Indonesia, yaitu kualitas SDM yang relatif rendah; sehingga produktivitas tenaga kerja Indonesia juga rendah. Produktivitas tenaga kerja Indonesia berada pada urutan keempat di tingkat Asean dan urutan ke-11 dari 20 anggota negara anggota Asian Productivity Organisation (APO). Selain itu, daya saing Indonesia turun dari posisi 45 pada tahun lalu menjadi posisi 50. Hal itu terlihat dalam Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang dirilis World Economic Forum (WEF).
Sejumlah kelemahan SDM Indonesia itu perlu segera diatasi dengan mendorong pada tiga aspek peningkatan SDM Indonesia, yaitu pendidikan vokasi, pelatihan dan sertifikasi, research and development, engange dengan industri. “Era digitalisasi menuntut SDM Indonesia memiliki kemampuan spesifik dan ahli. Pengembangan kualitas SDM nasional dapat dilakukan dengan pendidikan yang fokus sesuai bidang yang dibutuhkan. Lain itu, dibutuhkan link and match antara pendidikan dengan perkembangan kebutuhan tenaga kerja di industri masa depan,” kata Ketua Umum DPP INSA lagi.
Guru Besar IPB University Indra Jaya, PhD dalam paparan dengan topik “Upaya Meningkatkan Kualitas SDM Maritim” mengemukakan bahwa strategi peningkatan kualitas SDM maritim saling kait mengait antara penyelarasan proses pembelajaran, reorientasi kurikulum dan pengembangan keilmuan dan profesi baru, serta memutakhirkan kecakapan dan keterampilan instruktur/guru/dosen.
Dia mengingatkan kembali peran kemaritiman di Indonesia dan dunia, yaitu kemaritiman merupakan faktor utama pembentuk budaya, peradaban, dan identitas Indonesia. “Sejak awal bidang maritim berperan penting sebagai sumber pasokan protein (food), penyedia lapangan kerja (job opportunity), dan sumber penghidupan/mata pencarian (livelihood).
“Di masa kini dan akan datang tampaknya peran tersebut tidak akan berubah, malah akan semakin tinggi intensitasnya sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan penduduk Indonesia maupun dunia,” kata Indra Jaya, PhD.