Pelajaran Berharga
Para pembaca Jalasena yang budiman!
ADA tiga peristiwa bersejarah di tubuh TNI Angkatan Laut pada bulan Januari dan Februari ini, yaitu peringatan HUT Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) 5 Januari 2018, Hari Dharma Samudera, 15 Januari 2018; dan HUT Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal), 20 Februari 2018. Memperingati hari bersejarah suatu institusi selain untuk mengenang peristiwa atau kejadian pada hari itu, yang lebih penting adalah melakukan evaluasi sejauhmana institusi itu berkembang dan maju. Apa kekurangan, kelebihan, dan nilai-nilai apa yang bisa dipetik. Sebab, dari waktu ke waktu tantangan selalu berkembang dinamis yang mau tidak mau harus dihadapi oleh institusi tersebut. Jika suatu institusi tidak berkembang dan maju, bisa dikatakan jalan di tempat.
Pada saat menjadi inspektur upacara pada peringatan HUT Kowal tahun 2018, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, SE, MAP mengingatkan terkait dengan perkembangan dan semakin terbukanya akses sosial media (Sosmed) dewasa ini, hendaknya para Prajurit Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal) dapat menyikapinya dengan bijak agar terhindar dari pengaruh negatif yang dapat melemahkan sendi-sendi luhur kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Wanita merupakan tiang negara, jika para wanita memiliki kepribadian yang tangguh maka dapat dipastikan akan menghasilkan pribadi-pribadi yang tangguh bagi kejayaan bangsa dan negara. Korps Wanita TNI Angkatan Laut harus senantiasa menjunjung tinggi etika, menjaga tutur kata, sikap, perilaku dan penampilan yang baik dalam mengemban tugas maupun kehidupan sehari-hari.
Apa yang dikemukakan Kasal adalah benar, karena sosial media sangat mudah sekali diakses oleh siapapun dan dimanapun. Di satu sisi, Sosmed tersebut bisa menimbulkan dampak positif; tapi di sisi lain juga memiliki efek negatif.
Yang jelas dengan perkembangan zaman seperti dewasa ini, peran serta Kowal di berbagai bidang tugas sangatlah diperlukan. Bahkan seperti halnya para prajurit pria, para prajurit Kowal pun jika negara sudah memanggil; maka mereka pun pasti rela berkorban jiwa dan raga untuk negara dan bangsa Indonesia.
Pengorbanan jiwa dan raga itu diperlihatkan oleh Komodor Yos Sudarso tanggal 15 Januari 1962 dalam pertempuran di Laut Arafuru. Dengan gagah berani, Yos Sudarso mengambil-alih komando membawa KRI Macan Tutul melakukan manuver sangat berani, mendatangi formasi kapal perang Belanda sehingga semua tembakan terarah kepadanya dan dua kapal lain selamat keluar dari arena pembantaian. KRI Macan Tutul terkena tembakan bertubi-tubi, terbakar lalu tenggelam dengan gagah berani Yos Sudarso mengirim pesan: “Kobarkan terus semangat pertempuran! Macan Tutul tenggelam secara gentle and brave!”
Nilai-nilai dan semangat pantang menyerah yang diperlihatkan Komodor Yos Sudarso dan beberapa ABK KRI Macan Tutul yang gugur di medan laga, tak boleh surut oleh “terjangan ombak” dan “badai samudera” kehidupan masa kini. Nilai-nilai dan semangat juang itu harus tetap kokoh terpatri di tubuh para prajurit TNI Angkatan Laut sepanjang masa. Apalagi tantangan tugas dan godaan iming-iming semakin mengemuka dewasa ini. Jika Sapta Marga dan Sumpah Prajurit hanya menjadi hiasan bibir dan tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka jurang menganga menanti.
Untuk itu penegakan hukum, tata tertib, dan disiplin dan peraturan yang diemban oleh para prajurit Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal) harus benar-benar dilaksanakan. Cukup banyak oknum prajurit TNI Angkatan Laut yang mengambil jalan pintas guna memenuhi gaya hidup dengan mengabaikan norma-norma hidup dengan melanggar hukum yang akhirnya ditindak tegas oleh aparat Pomal. Tentu jalan hidup negatif seperti itu harus dihindari dan dijauhi oleh seluruh prajurit TNI Angkatan Laut.
Dari tiga peringatan hari bersejarah itu, ada pelajaran berharga yang patut diserap oleh para prajurit TNI Angkatan Laut untuk menyongsong tugas-tugas berat mendatang. (AB/JS)