Mari Kita Hindari Gesekan
Para pembaca Jalasena yang budiman!
Indonesia sebagai negara yang sangat besar dengan suku bangsa yang sangat banyak, di satu sisi merupakan suatu keuntungan dan potensi yang luar biasa; tapi di satu sisi juga menyimpan potensi perpecahan. Reformasi dan demokrasi di Indonesia yang oleh banyak kalangan dinilai sebagai “kebablasan” telah menampilkan situasi yang terkadang mengerikan. Pemilihan kepala daerah secara langsung –contohnya– telah melahirkan masyarakat yang fanatik “buta”, sehingga mudah sekali diadu-domba.
Bangsa Indonesia yang dulu terkenal ramah dan murah senyum, kini seolah berubah 180 derajat. Gara-gara fanastisme “buta” itu, di tengah masyarakat mudah sekali terjadi gesekan yang berpotensi jatuh korban jiwa. Salah satu contohnya adalah di kawasan “car free day” di Jakarta, beberapa waktu lalu. Hanya gara-gara kaos yang memiliki pesan berbeda, sekelompok masyarakat mengintimidasi masyarakat lain yang berbuntut ke ranah hukum.
Tidak itu saja. Pada ajang pemilihan kepala daerah secara langsung, juga tidak sedikit menyebabkan masyarakat terbelah. Masyarakat yang mendukung calon kepala daerah secara mati-matian berusaha agar calonnya menang. Pendukung kepala daerah yang lain dianggap sebagai “musuh”, sehingga terjadi gesekan horisontal. Jika calon kepala daerah yang diagung-agungkan kalah, lantas memusuhi kepala daerah yang menang. Itu bisa terjadi berkepanjangan.
Suasana seperti itu kian memrihatinkan ketika ada yang mengipas-ngipasi, sehingga “kobaran bara api”-nya semakin menjadi-jadi. Saling serang antar-pendukung pun terjadi. Padahal bukan tidak mungkin di antara masyarakat itu, ada yang masih memiliki hubungan saudara dan kekeluargaan. Seharusnya yang kalah dalam suatu pemilihan kepala daerah, secara ksatria memberikan ucapan selamat dan mendukung program-program yang akan dijalankan. Apa tujuannya? Tentu agar daerah tersebut maju dan masyarakatnya sejahtera.
Jika ditarik lebih luas, maka pada pemilihan Presiden pun seharusnya disikapi dengan dewasa. Jangan ada gesekan dan benturan di akar rumput. Karena kita semua harus berpikiran jernih, buat apa pemilihan Presiden dengan biaya yang sangat besar diselenggarakan? Tentu, pertama, untuk memilih pemimpin negara; dan kedua, untuk memajukan negara sekaligus menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Bukan malah sebaliknya!
Karena memang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sangat besar ini memerlukan kesatu-paduan masyarakatnya. Masyarakat Indonesia harus dikuatkan jiwa nasional dan cinta Tanah Airnya, sehingga seluruh anak bangsa ini memiliki ketahanan jiwa yang sangat kuat. Dengan ketahanan Indonesia yang sangat kuat, maka tidak akan ada negara yang berani coba-coba dengan negara kita. Ingatlah bahwa banyak bangsa lain yang “melirik” Indonesia untuk dikuasai! Sebab, negara kita memiliki kekayaan alam –terutama di laut– yang melimpah.
Untuk itu, sesuai bunyi Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”, maka kekayaan sumber daya alam di laut dan darat harus dikelola secara optimal agar perekonomian Indonesia meningkat. Dengan ekonomi yang kuat, maka seluruh lini pemerintahan akan kuat yang akhirnya mampu menciptakan kesejahteraan bagi rakyat secara luas.
Untuk menciptakan itu semua, maka mari kita hindari gesekan-gesekan yang hanya menyebabkan perpecahan masyarakat. Alangkah menyedihkannya jika negara kita yang besar ini pecah berkeping-keping, akibat terjadinya gesekan yang tidak perlu.
Gesekan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain di negara kita sangat mudah terjadi. Ibarat daun kering yang disulut api, “kebakaran”-pun mudah terjadi. Karena itu, sejak dulu pemerintah menegaskan agar masalah SARA (suku, agama, ras, dan antar-golongan) benar-benar dijaga. Jangan sampai masalah itu mencuat menjadi persoalan bangsa. Ingatlah masih banyak persoalan yang membelit negara kita yang harus kita selesaikan bersama. Salah satu contoh miris yang terjadi di Indonesia adalah serangan bom bunuh diri yang melibatkan keluarga! (ab/js)