Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) Pusat menyelenggarakan halal bihalal Idul Fitri 1440 H/2019 M bertempat di Gedung Graha Jala Bhakti, Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Kehangatan, kekompakan, kebersamaan, dan rasa persaudaraan terlihat sangat nyata pada acara yang berlangsung di lantai tiga gedung tersebut. Acara halal bihalal itu menjadi ajang temu kangen para purnawirawan, warakawuri, dan keluarga besar TNI Angkatan Laut.
Selain Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, SE, MAP dan Ibu Dra Endah Ade Supandi; juga hadir Kasal dari masa ke masa, yaitu Laksamana TNI (Purn) Tanto Koeswanto yang sekaligus sebagai Ketua Dewan Pertimbangan PPAL Pusat, Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutijipto, Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, Laksamana TNI (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, dan Laksamana TNI (Purn) Prof Marsetio.
Pejabat TNI Angkatan Laut yang hadir yaitu Asrena Kasal Laksda TNI Arusukmono Indra Sucahyo, SE, MM dan Korsahli Kasal Laksda TNI Muhammad Ali, SE, MM.
Dalam sambutannya, Laksamana TNI (Purn) Tanto Koeswanto menyatakan rasa terima kasih kepada Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi yang menyelenggarakan acara halal bihalal Idul Fitri 1440 H/2019 M di Gedung Graha Jala Bhakti. Sebab, jika diselenggarakan di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara; maka para purnawirawan dan warakawuri harus berangkat sangat pagi.
Lulusan AAL tahun 1964 itu mengajak dan menjadikan momentum halal bihalal untuk saling meminta maaf dan memberi maaf atas segala kesalahan. “Secara hitoris konseptual, ayat yang berisikan kewajiban melaksanakan puasa di bulan Ramadhan diturunkan dalam konteks ‘nation and characters building’. Tujuannya untuk membangun kualitas dan moralitas kaum muslimin melalui penanaman nilai-nilai akhlak kharimah, untuk menghadapi berbagai masalah yang timbul akibat terjadinya perubahan-perubahan. Lingkupnya bidang sosial, kultural, dan politik pada waktu itu, pada tahun kedua Hijriyah, satu tahun setelah Nabi Muhammad SAW memproklamirkan terbentuknya masyarakat madani yang sangat majemuk di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sendiri,” kata warga usia senior itu.
Kondisi saat itu ada relevansinya dengan situasi dan kondisi Bangsa Indonesia dewasa ini, yaitu sama-sama adanya ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT) yang timbul akibat terjadinya perubahan-perubahan, yang dimulai dari badai krisis berbagai dinamika, baik bidang ekonomi, sosial-politik, dan moral; maupun tantangan yang muncul dari globalisasi.
“Bagaimana halnya dengan situasi terkini perpolitikan di negeri kita yang tercinta ini? Dengan semangat untuk menanamkan kembali suasana persatuan/kesatuan khususnya di lingkungan PPAL, ada baiknya kita merenung dan berrefleksi (diri kita) masing-masing dengan menyimak isi tulisan Bapak Trias Kuncahyoni di Harian Kompas (9/4/2019) dengan judul ‘Runtuhnya Reputasi Politik’ yang merupakan uraian cerdas yang membantu menjernihkan kembali ingatan dan pemahaman kita tentang politik,” ucap Laksamana TNI (Purn) Tanto Koeswanto.
Dengan membaca tulisan itu, kita merasa benar-benar lebih mendapatkan manfaat daripada melarutkan hati dan perasaan karena rajin mengikuti siaran berita yang dipenuhi suasana ingar bingar yang melelahkan pikiran; katanya lebih lanjut.
“Pagebluk Kebohongan”
Ia juga mengutip tulisan J Kristiadi tentang “pagebluk kebohongan” yang telah menjerumuskan masyarakat kita ke dalam epidemi irasionalitas. Suatu epidemi yang mematikan akal sehat dan memerlukan perawatan, supaya dapat berpikir dengan waras.
“Pak Trias Kuncahyono me-refresh ingatan kita dengan menyampaikan bahwa politik bukan melulu soal kekuasaan saja, tetapi jangkauannya jauh lebih dalam lagi. Politik juga berkaitan dengan moralitas, dengan impian-impian kita, dengan harapan-harapan yang diinginkan, dengan ketakutan, dan bahkan dengan cara hidup manusia. Lebih jauh dinyatakan oleh Pak Trias bahwa yang terjadi di Indonesia sekarang adalah bahwa politik lebih diartikan sebagai cara mencari kekuasaan dengan mementingkan diri sendiri,” tambahnya.
Machialisme, menghalalkan segala cara seperti menumbuhkan hoax, fitnah, pemutar-balikan fakta, ujaran kebencian, pemelintiran berita hingga merekayasa dan memanipulasi video demi terealisasiinya kepentubgan diri, kelompok, golongan, partai, agama, dan kaumnya sendiri. “Yang dirugikan sudah barang tentu adalah rakyat banyak. Dirugikan, baik secara materi maupun akhlaknya yang seharusnya bisa mencapai sesuatu yang luhur, justru menjadi sebaliknya,” kata Pak Tanto.
Dalam sambutannya yang penuh semangat, tokoh purnawirawan Laksamana bintang empat itu mengemukakan politik adalah seni yang mengandung kesantunan, dan kesantunan politik diukur dari keutamaan moral. Keutamaan moral merupakan prasyarat bahwa seorang tokoh tidaklah cukup hanya mampu bertindak sebagai politikus saja, melainkan juga selalu membawakan diri sebagai seseorang negarawan.
Berkaitan dengan suasana Ramadhan yang penuh dengan keberkahan, seharusnya seluruh komponen bangsa mampu berintrospeksi diri dan menjadikan Ramadhan sebagai titik perubahan perilaku dan karakter. Ramadhan mestinya tidak hanya sekedar diperlukan sebagai perhelatan tahunan tanpa sebuah makna. “Semoga di masa yang akan datang akan ada perubahan secara konstruktif. Dalam suasana seperti ini, kita harus terus berdoa, mudah-mudahan kita semua kita selalu diberkahi-Nya dengan kesehatan, baik jasmaniah dan rohaniah,” ujar Laksamana TNI (Purn) Tanto Koeswanto.
Acara halal bihalal yang dihadiri ratusan orang itu menghadirkan penceramah KH Anwar Sanusi.
Beberapa hari sebelumnya PPAL Pusat juga menyelenggarakan acara halal bihalal PPAL Wilayah Timur, bertempat di Gedung Balai Prajurit “RM Moedjono P” Puspenerbal, di Surabaya yang dihadiri Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi dan Ibu Dra Endah Ade Supandi serta beberapa Pengurus PPAL Pusat. *