Pengurus Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) dan Paguyuban Purnawirawan Kowal (PP Kowal), Rabu (15/5/2019) siang di Kantor PPAL, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara mengikuti penyuluhan mengenai aquaponic. Penyuluhan yang dihadiri Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, SE, MAP itu disampaikan oleh Y Paonganan dari Elon Farm Bogor dan Chrispin sebagai distributor hasil pertanian.
Menurut Paonganan —aquaponic yang beberapa bulan ini digelutinya– merupakan modern urban farming yang memadukan antara pola tanam sayur mayur hydroponic dengan kolam ikan. Pupuk yang digunakan untuk tanaman sayur mayur tersebut diperoleh dari kotoran ikan yang diproses menjadi pupuk. Demikian juga untuk pakan ikan-ikan nila merah, selain pelet juga diberi sayur mayur sisa-sisa hasil panen.
Paonganan melakukan usahanya itu melalui berbagai riset, sehingga berhasil memperoleh temuan-temuan. Ia memberikan contoh, tangki-tangki air dengan ukuran 1.500 liter yang bisanya diisi bibit ikan nila merah kurang dari 1.000 ekor per tangki, di tempat usahanya diisi 1.000 ekor bahkan kemungkinan diisi 1.500 ekor bibit ikan nila merah. Agar ikan-ikan nila budidayanya cepat besar, setiap tangki air diberi tekanan air yang cukup kuat, sehingga terjadi sirkulasi air yang konstan dan cukup oksigen. Hal itu menyebabkan perkembangan ikan-ikan nilanya melebihi rata-rata.
Ia menyebutkan tanaman sayur slada yang ditanam bisa panen dua kali dalam seminggu dengan jumlah 150 Kg sekali panen. Kalau dengan pola hydroponic, tanaman sayur mayur baru bisa dipanen dalam waktu 30 hari. “Riset yang saya lakukan 95% berhasil. Ikan nila merah setiap bulan bisa dipanen sebanyak 1 hingga 2 ton. Slada merah hasil tanam saya warna merahnya benar-benar cerah,” jelasnya.
Untuk pemasarannya, baik ikan maupun sayur mayur sangat mudah diserap pasar, baik supermarket, pasar tradisional, rumah makan, maupun untuk ekspor; jelas Chrispin.
Memperoleh penyuluhan tersebut, banyak purnawirawan yang tertarik dengan usaha aquaponic sehingga terjadi dialog yang sangat intens. Apalagi dari hitung-hitungan yang dilakukan, break even point (BEP) bisa terjadi dalam waktu 1,5 tahun.
Paonganan juga mengemukakan bahwa sistem aquaponic bisa dikembangkan di Lantamal mapun Lanal yang tersebar di seluruh Indonesia. *